BOKEP VIRIAL ANAK KECIL SEDANG DI NGEWE OLEH TETANGGA NYA SENDIRI

Bokep Virial Anak Kecil Sedang DI ngewe oleh tetangga nya sendiri

Bokep Virial Anak Kecil Sedang DI ngewe oleh tetangga nya sendiri

Blog Article

Di sebuah kamar VIP nampak Lila terbaring tengah menanti persalinan dirinya. Tadi pagi Lidya sempat mampir sebelum pergi ke kantornya dan mengutarakan niatnya buat mengajak Alfi tinggal serumah dengannya dengan alasan dia dan Sabrina merasa tidak aman tinggal berdua tanpa adanya lelaki di rumah itu. Ini aneh! pikir Lila. Sekalipun alasannya masuk akal tetap saja Lila merasakan jika ada sebuah kejanggalan. Mengapa Lidya justru memilih Alfi? Bukankah Lidya sangat tidak menyukai Alfi? Hhhhhh! Lila berkali-kali menghela napas. Ia terus menduga-duga apa sebenarnya yang tengah Lidya rencanakan. Kedua gadis ini benar-benar tak tahu sedang berhadapan dengan siapa. Keluh Lila. Meski demikian ia belum memberikan persetujuan kepada Lidya. Tak lama kemudian masuk Sandra dan Niken ke kamarnya. Lila sengaja memanggil ke duanya untuk mendiskusikan masalah ini bersama.

Bokep Indo Viral


“Ibuku sedang dalam perjalanan menuju kemari. Jadi kita tak punya waktu banyak buat membahas soal ini” ujar Lila.
“Aku belum tahu seperti apa rupa si Sabrina itu tapi aku pernah melihat adikmu, La. Dia itu sangat cantik dan mengoda. Dan aku kira Alfi tak bakalan kuat menahan hasratnya jika harus terus-terusan berdekatan dengan Lidya ”ujar Sandra.
“Ini Sabrina. Foto ini kuambil saat kami makan malam beberapa hari yang lalu”ujar Lila sambil memperlihatkan sebuah foto dari handphone-nya kepada Sandra dan Niken
“Gilaa! Cantiknyaaa!.” Niken sampai mendesis kagum ketika melihat sosok gadis yang bernama Sabrina itu.
“Astaga! Bule, La?”tanya Sandra yang juga tak kalah kagetnya.
“Bukan. Tapi ayahnya memang ‘Bule’ Tulen” jawab Lila.
“Kalau Indo seperti ini sih bukan cuma si Alfi yang suka. Si Didiet-pun doyan Hello Hello hi” komen Sandra.
“La, Sejujurnya aku sangat tidak setuju jika Alfi harus tinggal seatap dengan mereka. Sebaiknya engkau tolak saja permintaan Lidya itu. Bikin saja alasan yang masuk akal” ujar Niken. Ia langsung kuatir akan akibat yang bakal muncul nantinya.
“Benar katamu Nien. Tak seharusnya kita membiarkan Alfi tinggal bersama gadis-gadis molek seperti itu. Bisa-bisa mereka-pun ternoda seperti dirimu.” timpal Sandra.
Lila merenung memikirkan pendapat para sahabatnya itu. Memang taruhannya sangat besar bila ia menuruti apa keinginan Lidya itu. Apalagi mengingat Lidya itu adalah adiknya sendiri

“Kalian lupa ibuku akan datang kemari. Tanpa persetujuankupun Lidya pasti berhasil membujuk ibu buat mendukung keinginannya itu. Mengingat peristiwa yang menimpa diriku tempo hari. Bagaimana dengan mudah dan leluasanya kawanan Eric menculikku di rumahku sendiri. Tentunya Ibu pasti tak ingin terjadi sesuatu pada anak gadisnya yang satu lagi itu. Ibu juga pasti sangat setuju jika Alfi yang menemani mereka karena dia sudah sangat mengenal anak itu”
“Lantas bagaimana caranya agar keinginan Lidya terlaksana namun kedua gadis itu tetap help save’?”tanya Niken
“Sulit! Paling-paling Alfi sebisanya harus meminimalkan kontak langsung dengan mereka. Seperti nonton televisi bersama mereka. Agar tak memancing hasratnya.”ujar Sandra
“Di pagi hingga siang baik Lidya maupun Sabrina berada di kantornya sedangkan Alfi sendiri juga sibuk dengan aktifitas di sekolahnya. Tapi setelah itu tetap saja mereka akan bertemu dan berkumpul di rumah. Jadi kuanggap saat itu adalah waktu yang sangat rawan”ujar Lila.
“Apakah tak sebaiknya kita meladeni Alfi bercinta dulu sebelum dia pulang ke rumah itu? Setidaknya itu akan menguras hasratnya saat ia menginap di sana”ujar Niken.
“Apakah engkau yakin Nien? Sebab kita tahu hasrat Alfi tak pernah reda meski kita terus bergantian bercinta dengannya”
“Betul juga. Apakah tak sebaiknya engkau beri saja Alfi obat penurun gairah, La?”
“Mana ada obat macam itu, Nien. Yang banyak justru kebalikannya. Ada-ada saja ah” ujar Sandra.
“Eng sebentar.! Mungkin tidak sepenuhnya salah. Obat tidur!..Ya itu dia!. Alfi harus mengkonsumsinya menjelang malam karena itu efektiv mencegah ia bergairah.”ujar Lila.
“Tapi aku tetap tak yakin dengan keefektifan metode ini karena semua itu tergantung dari tekat Alfi sendiri. Obat itu baru bekerja jika dia meminumnya. Bagaimana jika ia justru tergoda pada ke dua gadis itu dan dengan sengaja tak meminum obatnya? Dan lebih gawat lagi Alfi malah justru mempergunakan benda itu buat menidurkan mereka.” Ujar Niken

Mereka bertiga kembali merenung. Masing-masing berpikir buat menemukan pemecahan dari permasalahan ini.
“Aku punya saran”ujar Sandra
“Apa itu?”
“Kita minta saja Alfi berjanji kepada kita untuk tidak mengganggu Lidya dan Sabrina”
“Hello hi Hello engkau jangan bercanda, Sand. Itu sama saja dengan melarang seekor kucing mencuri ikan!”
“Siapa bilang aku sedang bercanda. Maksudku kita beri ia sanksi agar mau tidak mau ia harus mematuhi janjinya”
“Sanksi?”
“Ya. Kurang lebih begini bunyinya bahwa apabila dia sampai melanggar janjinya maka dia akan kehilangan kita semua.”
Suasana mendadak hening sejenak setelah mendengar ucapan Sandra tersebut. Kedua wanita cantik itu tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
“Aku kira itu bagus. Bagaimana denganmu, La?” Niken memecah keheningan itu
“Baiklah aku juga setuju. Dan soal obat tidur… Alfi tetap harus mengkonsumsinya namun ia sendiri tidak usah tahu jika yang dia minum itu adalah obat tidur agar tak ia salahgunakan.” jawab Lila
“Jika kalian semua sudah setuju sebaiknya kita panggil Alfi sekarang”

###############################
Alfi masuk ke dalam kamar. Hatinya terenyuh saat melihat salah satu bidadarinya terbaring tanpa daya dengan perutnya membuncit akibat ulahnya sembilan bulan yang lalu. Sebentar lagi Lila akan mempertaruhkan nyawanya buat mengantarkan calon putri mereka ke dunia ini. Kekuatiran akan keselamatan Lila begitu membekas di wajah pemuda ABG itu. Sebagaimana yang pernah ia rasakan saat Nadine dan Niken menjalani persalinan dulu.
“Hmmm kamu lihat akibat kenakalanmu sayang” ujar Lila tersenyum. Ia senang sekali Alfi berada di sisinya di saat-saat menjelang persalinannya.
“Kakak sayang. Maafin Alfii ya..Alfi sudah bikin kakak menderita” bisiknya lalu mengecup lembut dahi Lila.
“Fi” Sandra memutuskan untuk memulai pembahasan itu.
“Ya kak”
“Ini saatnya menyampaikan keputusan kami berlima. Mengingat permintaan Lidya tak mungkin ditolak maka dengan terpaksa jika kami harus menyetujui hal tersebut. Namun sebelumnya kami semua termasuk Dian dan Nadine ingin minta janjimu bahwa engkau tak bakal meniduri Lidya dan Sabrina.”
“Hi Hello Hello kakak ini ada-ada saja. Mana mungkin Alfi ngenganggu mereka. Terlebih-lebih kak Lidya. Dia itukan adik kandungnya kak Lila. Bukankah sebelum ini Alfi sudah pernah berjanji sama kakak semua jika Alfi tidak akan terlibat asmara dengan wanita lain selain dengan kakak berlima?”
“Bagus, kami senang mendengar tekadmu itu! Namun meskipun demikian kami tetap akan membekalimu dengan beberapa suplemen buat membantu dirimu mengendalikan gairahmu”ujar Sandra.
“Aduhh kakk ngapain juga pakai obat segala. Apakah kakak semua tidak percaya sama Alfi?”
“Fi. Hal ini tidak bisa dianggap major-primary. Sebab jika engkau sampai ingkar janji maka engkau akan menerima sanksi dari kami berlima”ujar Niken.
“S.sangsi? sangsi apa kak?”tanya Alfi agak tergagap karena pembicaraan ini mendadak menjadi begitu serius.
“Iya Fi, Kami berlima sudah sepakat jika engkau sampai menodai Lidya atau Sabrina maka hubungan antara engkau dengan kami semua akan berakhir.”
“Kaak?”Alfi terperangah. Ia benar-benar tak menyangka akan seberat itu bentuk sanksi yang bakal ditimpakan kepadanya.
“Kami rasa itu cukup adil. Engkau boleh pilih mereka berdua atau kami berlima”.
“Dan itu juga artinya kami-pun berhak bercinta dengan pria lain”timpal Sandra.
“Dengan eng…Paijo misalnya.Ya kan Sand?.”tanya Niken sambil mengerling nakal ke Sandra.

Dahi Alfi langsung mengerenyit begitu mendengar nama Paijo di sebut-sebut. Ia teringat bagaimana susah payahnya ia merebut kembali cinta kasih Sandra yang sempat jatuh sesaat ke dalam pelukan Paijo. Jelas ia tak boleh membiarkan pemuda kampung itu kembali lagi kemari. Apalagi kali ini tak hanya Sandra dan Dian yang akan dipertaruhkan namun juga Nadine, Niken dan Lila. Sebetulnya ia maklum akan kekuatiran Sandra dan yang lain. Ia sendiri sadar menahan nafsu birahi memang bukanlah sebuah perkara yang mudah buat dirinya mengingat betapa tinggi gairahnya. Apalagi dirinya harus tinggal bersama dua orang bidadari yang memang sangat molek itu. Jelas ia harus berusaha sekuat tenaga agar tak tergoda oleh ke dua gadis itu.
“Baiklah, kak. Kakak berlima boleh pegang janji Alfi. Alfi tak bakal ingkar karena Alfi sayang dan tak sanggup bila harus kehilangan kakak semua.”ujar Alfi mantab. Ia yakin dirinya bakal mampu melewati masalah ini. Bukankah Ini toh hanya buat sementara waktu saja. Selain itu Lila juga akan membantunya dengan obat-obatan. Lagian pula mana mungkin ia menjalin hubungan asmara dengan Lidya. Gadis itu galak sekali terhadapnya. Dan pastinya Sabrina sendiri akan mendukung sahabatnya itu yang secara otomatis akan menjaga jarak dengannya. Jadi apa yang perlu ia takutkan.
“Bagus. Kalau begitu mulai besok kamu harus mulai mengkonsumsi obat dari Lila”ujar Sandra.
“Fiii kamu jangan kemana-mana dulu. Soalnya aku sebentar lagi akan melahirkan. Siapa tahu tahu aku tak bakalan melewatinya dengan selamat, Lho”ujar Lila mendadak kolokan.
“Aduhhh kak!. Jangan berkata begituuuu. Alfi ga bakalan pergi dari sini sampai Fili lahir” Ujar Alfi kembali mengecupi wajah Lila. Entah siapa yang memulai tahu-tahu mereka sudah terlibat dalam ciuman yang panas.
“Duhh! Kalian iniii..” ujar Sandra gemas.
Jemari Alfi menyusup masuk ke bawah selimut mengelus lembut perut Lila yang membuncit.
“Ohh…Fiii…kakakk kangen bangett” desah Lila ketika jemari Alfi terus turun hingga mencapai ke sebuah celah sempit nan basah yang sebentar lagi bakal dilalui oleh bayi mereka berdua. Keduanya sama-sama diliputi rasa kangen yang kuat. Memang Lila sudah nyaris tiga bulan tak lagi diintimi Alfi sejak usia kandungannya memasuki trimester terakhir.
Tiba-tiba Alfi merasakan keanehan.
“Kakk.. kok basah sekali?” tanyanya bingung. Cairan yang mengalir keluar dari vagina Lila tak seperti biasanya. Begitu berlimpah hingga membasahi selimut.
“Aaaaaa!! Ke keeetubannya pecah! “pekik Niken panik.
“Aduuhh celakaaa! Lekas panggil suster, Fi!” seru Sandra yang juga panik.
Alfi-pun bergegas berlari ke luar dari kamar.

################################
Dua hari kemudian,
Di rumah milik Lila

“Hoaaamm….”
Sudah berkali-kali mulut Alfi menguam berusaha membuang kantuk di hadapan meja belajarnya. Malam baru saja menjelang namun matanya seakan tak dapat diajak berkompromi. Untung saja pekerjaan rumahnya sudah terselesaikan. Ia sendiri merasa heran mengapa rasa kantuk yang aneh ini selalu muncul kala hari menjelang malam dan begitu sulit dilawan.
“Wahh.. wahh.. kamu rajin sekalii, Fi” terdengar suara lembut menggoda menyapa dirinya.
Alfi menoleh ke arah asal suara itu. Di ambang pintu kamarnya…. tengah berdiri Sabrina yang tersenyum manis kepadanya.
“Eh Kak Sabrina..” Alfi membalas sapaan tadi dengan gugup. Gairahnya langsung terusik saat mendapati bahwa gadis itu hanya mengenakan baju tidur ala babydoll yang sangat tipis. Begitu tipisnya sehingga Alfi dapat melihat lekuk tubuh bak jam pasir itu membayang. Sedangkan ujung gaun yang berenda indah itu berada jauh dari atas lututnya melambai-lambai menggoda di permukaan kulit paha gadis itu yang putih terang
Sabrina melangkah masuk ke dalam kamar. Harum wangi tubuh gadis itu merasuk ke dalam hidung Alfi saat gadis itu mendekat ke arahnya…
“Hmm…akuntansi ya Fi?”tanya Sabrina sambil menunduk memperhatikan buku pelajaran Alfi.
“I..yaa kak”jawab Alfi tergagap sambil meremas pensilnya karena gugup
Seolah terpengaruh magnet perlahan matanya melirik ke arah gadis itu. Jantungnya berdetak semakin keras dan cepat saat melihat betapa putih kulit lengan Sabrina yang diselimuti oleh bulu-bulu halus berwarna pirang itu. Cuma beberapa detik….. Alfi cepat-cepat membuang kembali pandangannya ke buku pelajarannya. Tiba-tiba saja ia teringat akan janjinya kepada Lila beberapa hari yang lalu dan juga sangsi berat yang bakal ia terima jika dirinya melanggar hal itu. Gairahnya yang tadi nyaris tak tertahankan secara cepat jatuh ke titik terendah. Bagaikan bara api tersiram air es. Situasi seperti ini sama sekali tak seperti yang bayangkan sebelumnya. Semenjak ia pindah ke rumah ini dua hari yang lalu, godaan yang datang padanya begitu bertubi-tubi. Terutama Sabrina, gadis itu kerap nyelonong masuk ke dalam kamarnya dengan hanya memakai pakaian yang sangat minim seakan tak risih pada dirinya.
“Ehh Fi, kamu bisa pakai software photoshop ga?”tanya Sabrina
“Bisa kak. Kebetulan diajarin di sekolah”
“Kalau begitu ajarin kakak dong, Fii” rengek Sabrina dengan sengaja memepetkan tubuhnya ke arah pemuda itu.
Srttttt…tubuh Alfi langsung tersentak saat kulit nan halus itu bersentuhan dengan kulitnya.
“K.kaak..” Alfi benar-benar dibuat belingsatan. Hasratnya langsung menggelegak bak bara panas.
Sabrina tersenyum. Ia tahu apa yang tengah Alfi itu rasakan saat itu. Mana mungkin ada lelaki yang tak tergoda padanya dalam situasi seperti ini. Apalagi hanya anak bau kencur seperti Alfi.
“Maukan Fi?”
“Iyaa .kaak..Tapii…”
“Kamu ngga usah kuatir. Lidya sedang pergi ke rumah kak Lila dan dia bilang pulangnya agak kemalaman”
“Bukan begituu kakk…engg.tapi… y.ya baiklahh” ujar Alfi akhirnya menyerah. Ia sudah berusaha menghidar namun ia merasa tak enak buat terus-menerus menolak permintaan itu.
“Nahh gitu dong. Kakak ambil laptop computer kakak sekarang” ujar Sabrina bangkit dan ke luar dari kamar.

################################
“Stttt..Bagaimana, Rin?”tanya Lidya.
“Sipp. Sesuai dengan rencana!. Dia juga tidak tahu jika engkau ternyata masih di rumah Hello Hello..” jawab Sabrina bergegas kembali menuju ke kamar Alfi sambil membawa Laptop-nya.
Lidya menunggu di kamar sembari mempersiapkan kamera movie. Sudah lima menit berlalu. Ini merupakan saat yang tepatbuatnya bertindak. Ia berdua Sabrina sudah membahas hal ini berulang kali sebelum menerapkannya di lapangan. Sebuah rencana yang sederhana namun harus dilakukan pada ‘timing’ yang tepat. Sabrina bertugas untuk mengoda anak itu dengan harapan pada akhirnya Alfi tak mampu lagi mengendalikan diri dan berusaha mencabuli Sabrina. Pada saat itulah Lidya akan merekam aksi pemuda itu sekaligus menghentikan Alfi. Hasil rekaman itu akan mereka pergunakan untuk menekan dan memaksa Alfi menjauhi rumah tangga Lila.Akan tetapi jika anak itu menolak maka mereka akan mengadukan hal itu ke ibu Lidya. Yang otomatis membuat Lila sekalipun tak berkutik. Ketika Lidya keluar dari kamar.
“Lho, Rin?” tanya Lidya heran melihat Sabrina justru keluar dari kamar Alfi dengan wajah cemberut.
“Kita coba lain kali saja!” ujar Sabrina sambil menarik tangan Lidya kembali ke kamar mereka.
“Apa yang terjadi, Rin? Kok ga jadi, sih?”
“Dasar Sial!. Saat aku kembali ke kamarnya kutemukan dia sudah tertidur lelap dengan kepala tergeletak di atas meja belajarnya. Bahkan sudah kucoba untuk membangunkannya. Tapi ia tetap saja molor seperti orang dibius. Huh!”
“Ha ha ha!”
“Lho kok kamu malah ketawa sih, Lid?!”
“Hello Hello hi…jangan tersinggung ya, Rin. Menurutku dia tak tergoda dengan aksimu”
“Ga mungkin!”ujar Sabrina menyangkal dugaan Lidya. Meski sebenarnya ia memang agak bingung dengan situasi yang terjadi barusan. Jelas Alfi tergoda padanya sewaktu di kamarnya tadi. Lantas mengapa anak itu begitu cepat kehilangan gairah dan semudah itu terlelap?.
“Mungkin di mata anak itu kamu masih kalah alluring dibandingkan sama kak Lila!”ujar Lidya lagi.
“Ah! Yang benar saja,Lid?! Masa separah itu tubuhku?”ujar Sabrina menoleh ke arah cermin besar sambil memperhatikan bayangan tubuhnya.
“Hi Hello hihii ” Lidya nyaris tak dapat berhenti tertawa sampai matanya berair melihat tingkah sahabatnya itu.

############################
Keesokan malamnya

Terlihat Alfi tengah sibuk mencari obatnya ke sana kemari. Ia bahkan sudah membongkar isi lemari pakaiannya. Namun benda itu tak juga ia temukan. Di dalam tas sekolahnya juga tak ada.
“Duh! Di mana benda itu?”keluh Alfi. Ia mondar-mandir dengan gelisah. Seharusnya ia sudah meminumnya paling tidak tiga jam-an yang lalu. Begitu sibuknya ia sore ini sehingga ia tak memiliki kesempatan meminum obatnya. Ia yakin benda itu terselip di sebuah tempat di dalam kamar ini. Kepanikannya justru membuat ia semakin lupa dimana terakhir kali ia menaruhnya. Buruknya lagi saat ini ia sedang dalam kondisi terangsang hebat.
Permasalahan ini dimulai sejak sore tadi. Ia dikejutkan saat ke dua gadis itu tiba-tiba saja muncul menjemputnya sepulang dari sekolah. Dari sana mereka mengajaknya dangle out ke mall dan baru pulang ke rumah menjelang malam. Selama berdekatan dengan kedua gadis cantik tersebut Alfi benar-benar dibuat canggung dan salah tingkah. Bukan hanya karena sikap Lidya tak pernah ramah terhadapnya itu namun karena desakan hasrat kelaki-lakiannya yang secara alami bangkit menyerang dirinya. Lidya tetap saja terlihat sangat cantik bak bidadari meskipun matanya selalu menyipit judes!. Kalau Sabrina, tidak perlu lagi dibahas-bahas, gadis yang satu itu jelas begitu sempurna di mata Alfi. Lihat saja bagaimana reaksi setiap lelaki yang mereka jumpai di shopping mall itu. Tak satupun yang dapat melepas pandangannya dari kemolekan sosok Sabrina maupun Lidya. Apalagi dirinya yang memang sangat mudah terangsang ini. Kulit mereka yang putih semakin bercahaya saja saat tersorot lampu-lampu shopping mall. Tak hanya itu. Harum wangi tubuh mereka, gerak gerik tubuh, bahkan suara tawa mereka sekalipun. Semuanya sungguh membuat Alfi mabuk kepayang. Bahkan di sebuah toko sepatu,Alfi tak henti-hentinya meneguk ludahnya saat ke dua gadis itu secara bergantian mencoba berbagai sepatu sambil memutar-mutar kaki indah mereka di depan kaca. Mata Alfi menatap lekat ke bagian-bagian tubuh mereka yang memang tak perlu ditutupi. Hanya sedikit bagian paha, lutut, betis, tumit, punggung kaki, hingga kesepuluh jemari mereka, Tapi kesemua itu terlihat begitu indahnya dan sudah lebih dari cukup untuk membuat penisnya berdiri keras! Akibatnya ia harus berusaha mengatur posisi duduknya agar tak seorangpun melihat sebuah tonjolan besar mendesak selangkangannya. Kejadian tadi siang menyisakan permasalahan lain buatnya sebab ia tak punya kesempatan buat meminum obat penurun gairah yang diberi Lila kepadanya. Sementara hari sudah semakin sore hasratnyapun semakin memuncak dan tak tertahankan. Pikirannya tak lagi bisa lepas membayangkan kemolekan kedua gadis tersebut.

Tengah ia sibuk mencari kesana kemari.
“Fiiii!. Ayoo dong!”teriak Sabrina seperti biasa tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu nyelonong masuk ke kamarnya.
“E..K..ak Sabrina…ada apaa, kak?” Alfi benar-benar gelagapan.Kenapa pula si cantik ini datang dalam situasi buruk seperti sekarang ini
“Kamu kan sudah janji mau ngajarin kakak buka photoshop-nya kemarin”
“S.sekar..angg, kak?”
“Iya sekarang! Mumpung Lidya baru saja pergi”
“Eng..sebentar ya, kakk.Eng ada yang harus Alfi kejain dulu. Setelah itu baru Alfi nolongin kakak” ujar Alfi berusaha mengelak. Yang jelas ia harus segera menemukan obatnya terlebih dahulu.
“Ngaa mau! Sekarang! Ntar kamu keburu bobok seperti kemarin”rengek gadis itu.
Duhh! Bagaimana ini? Keluh Alfi. Ia merasa dirinya tak boleh berdekatan dengan Sabrina terutama pada saat ini. Tapi sulit sekali menolak permintaan itu karena Sabrina terus mendesaknya.
“Baik kak. Mana laptopnya?”
“Laptopnya sudah kakak nyalahin di kamar kakak”
“Apaa?!. Di k..amar kakak? Ke..napa di sini saja kak. Ntar kalau kak Lidya pulang mendadak gimana?”
“Aaaaaa! Lidya perginya pasti lama! Pokoknya kamu yang harus ke kamar kakak!
Alfi merenung sejenak sambil berusaha menenangkan diri. Alright! Ini tak bakalan lama. pikirnya memantabkan hati. Ia akan memberi petunjuk ringkas kepada Sabrina dan secepatnya begitu urusan ini beres ia harus kembali ke kamarnya.
“Iya deh kak”
Begitu sampai di kamar Lidya dan Sabrina. Sabrina langsung meloncat ke atas tempat tidur. Di atas situ ada sebuah Laptop yang sudah menyala.
“Kok di atas kasur kak?”tanya Alfi binggung.
“Iya emangnya kenapa, Fi? Kakak sih pingin lebih nyaman aja ketimbang di meja.”
Glek! Alfi meneguk ludah. Ini benar-benar gila! Ia harus naik ke atas ranjang bersama seorang gadis semolek itu?. Dan srtt… aroma kamar ini terendus olehnya….harum para gadis-gadis! Belum apa-apa penisnya kembali membesar dan mulai menyesaki celananya.

“Eng..begini kak..kalau mempergunakan software jenis ini lebih gampang mempergunakan mouse eksternal ketimbang pake mouse asli milik notebook. Tapi akan sulit buat ngejalanin mouse-eksternal di atas tempat tidur karena permukaannya tidak datar, kak” jelas Alfi mengemukakan alasannya. Selain logis ia memang mencoba menghindari berdua-dua dengan gadis itu di atas kasur.
“Tapi kakak ngga punya mouse lain, Fi. Jadi kita hanya bisa pake yang ada di laptop computer.”
“Tapi kak..”
“Sudahhh sini ahh!” ujar Sabrina menarik lengan Alfi sehingga pemuda itu mau tak mau harus naik juga ke atas tempat tidur.
Hhhhhhh! Alfi menghela napas kelu. Ada baiknya ia segera mulai saja sebelum Lidya pulang atau sebelum ia menjadi terlalu terangsang.
“Nah sekarang kita perlu sebuah gambar atau foto buat di edit” ujarnya berusaha untuk langsung fokus ke layar observe
“Foto? Kalau gitu yang ini ajah, Fi…”
Sabrina menjulurkan tangannya dari belakang tubuh Alfi dan mengambil alih kendali mouse. Alfi terkejut merasakan sesuatu yang sangat empuk menekan bahu kanannya. Ia tahu bagian tubuh Sabrina mana itu. Seketika itu juga kejantannya mengejang penuh tak tertahankan. Sabrina tersenyum. Ia tahu betul apa yang Alfi rasakan saat itu.
Tahu rasa kamu sekarang! Ia tak yakin jika kali ini Alfi bisa bertahan seperti malam sebelumnya. Beruntung buat Alfi karena Sabrina segera menemukan foto yang ia cari sehingga dada gadis itu kembali menjauh dari bahunya. Namun belum sempat ia bernapas lega…
“Kaaak!”ia menjerit tertahan saat menyaksikan foto yang terpampang di layar notebook. Penisnya yang sejak tadi telah mengeras semakin mengejang menyakitkan di balik celana piyamanya. Betapa tidak yang dipilih Sabrina itu adalah foto Sabrina yang hanya mengenakan bikini tipis berwarna merah menyala.
“Kenapa Fi?”
“Kok yangg iniii kak?.” Alfi benar-benar gelagapan.
“Lho ini salah satu foto terbaik kakak sewaktu jadi design, Fi”
“Apa ga bisa ambil yang lain saja. Soalnyaaa…”
“Hello hi hi kakak tahu kamu risih ya melihat kakak seperti itu?”
“Iya sih kak. Masa kakak sendiri tidak malu fotonya Alfi lihatin”
“Hello Hello Hello kamu ini Fi. Ya ngga lah! Kan itu sesuai dengan profesi kakak sebagai product?”
“Apa benar-benar ngga ada foto yang lain, kak?”
“Sebenernya ada sih. Tapi kakak justru pingin kamu nge-edit foto kakak ini. Kakak tidak suka ada bayangan orang laindi background-nya itu”
“Wah itu ngga susah sebenarnya. Tapi butuh waktu tidak sebentar”

Duh! Semakin berat saja godaan ini! Keluh Alfi. Berkali-kali ia meneguk ludah. Betapa tidak, bikini yang dipakai Sabrina di foto itu tidak hanya minim namun juga benar-benar sangat tipis!. Sampai-sampai ia dapat melihat bayangan gelap di bagian sudut bawah selangkangan gadis itu. Sepuluh menit pun berlalu.
“Kak, latar belakangnya kakak pingin dikasih warna apa?” tanya Alfi.
Ia harus cepat menyelesaikan ini sebelum hasratnya menjadi tak terkendali sehingga terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Hening! Tak ada jawaban dari Sabrina. hal itu memaksa Alfi menoleh ke belakang.Ternyata gadis itu tengah terpejam.
“Lho Kak?.. Kak Sabrina!…kak ..kaak…” panggil Alfi berulang kali sambil mengoyang-goyangkan bantal yang tertindih kepala Sabrina. Mencoba membuat Sabrina terbangun.
Namun gadis itu tetap diam. Alfi menggaruk-garuk kepalanya karena kebingungan harus berbuat apa. Glek! Untuk kesekian kalinya Alfi menuguk ludahnya. Keringat dingin mulai membintik di jidatnya. Dipandanginya mahluk cantik yang tengah terlelap itu. Aduhh! Aduhhhh! Wajahnya…kulitnya….lekuk tubuhnya yang hanya berbalut baju tidur begitu tipis itu… semuanya memang sangat spektakuler! Pemandangan indah ini benar-benar membuatnya berada di ambang batas daya tahannya. Perlahan Alfi membungkuk dengan tangan terjulur ke arah kaki Sabrina yang jenjang. Sementara itu tanpa ia sadari dari balik kisi-kisi pintu sebuah lemari pakaian, Lidya tengah mengintai secara seksama adegan di atas tempat tidur itu. Indeed! Pekik gadis itu dalam hati. Momen ini yang ia tunggu-tunggu sejak tadi. Tak sia-sia penantiannya selama nyaris sepuluh menit terbekab di dalam lemari ini. Bajingan kecil ini bakal segera tertangkap basah kali ini. Ia memastikan kameranya terus merekam setiap gerakan Alfi. Jantung Lidya dan Sabrina berdetak cepat menanti saat-saat terjadinya sesuatu. Dan..kejadian selanjutnya membuat Lidya terpana. Ternyata tangan Alfi hanya meraih selimut di dekat kaki Sabrina lalu menariknya hingga menutupi tubuh gadis itu. Setelah mematikan laptop computer perlahan ia turun dari kasur. Di letakannya laptop computer tersebut di atas meja. Selanjutnya setelah mematikan lampu ia keluar dari kamar seraya menutup pintu dengan sangat perlahan.

############################
Lima menit kemudian…

“Wow! Engkau lihat tadi itu?” tanya Sabrina pada Lidya.
“Apa?”
“Tak disangka ternyata dia itu begitu gentleman!”
“Gentelman apanya? Masa hal begitu saja bisa membuatmu terkesan?!”
“Kamu tahu, Lid? Mana pernah seekor kucing menolak ikan asin. Begitupun dengan lelaki. Bayangkan ia tak sedikitpun berusaha mencabuliku padahal ia tahu aku tengah tergolek tak sadarkan diri. Bahkan kurasa Rendy-mu itu-pun tak bakalan melewatkan kesempatan seperti tadi itu!”.
“Aku tetap tak percaya dia se-alim itu. Buktinya kak Lila sampai hamil dia bikin!”
“Yah..Sudahlah. Besok kita pikirkan cara lain buat menggodanya”
Yang jelas hasil permainan ini berkembang di luar dugaan dan harapan mereka.
“Sttttt engkau dengar itu?”tanya Lidya saat mendengar suara. Sepertinya ada seseorang yang membuka pintu rumah di bagian belakang.
“Itu pasti dia. Hendak kemana rupanya dia malam-malam begini?”
“Ahh..Biarkan saja. Sebaiknya kita tidur”
Benar dugaan Sabrina yang barusan keluar melalui pintu belakang itu adalah Alfi. Gairah nyaris meledakan ubun-ubunnya akibat terlalu lama berdekatan dengan Sabrina tadi. Bayangan tubuh indah Sabrina tak kunjung berhasil ia tepis dari benaknya. Bahkan bau harum tubuhn gadis itupun masih kentara melekat dihidungnya. Bermasturbasi tak bakal akan meredakannya. Ia butuh lebih dari itu. Ia inginkan remasan lembut nan kuat dari sebuah liang vagina pada penisnya. Dengan napas memburu ia berjalan cepat menuju ke sebuah pangkalan ojek di dekat situ. Beruntung baginya masih ada seorang tukang ojek yang nangkring. Tujuannya tak lain adalah rumah sang bidadari….Sandra.

##############################
Di hari Sabtu pagi

“Aku ingin kita melakukannya lebih awal sore ini sebab sudah tiga hari rencana ini tertunda-tunda karena anak itu selalu tidur lebih awal. Mumpung saat ini Alfi masih di sekolah kita bisa merencanakan segalanya lebih matang.” Ujar Sabrina. Kebetulan hari ini kantor mereka sedang libur.
“Masih pingin coba key ‘notebook-laptop computer-an’ lagi?” sindir Lidya pada Sabrina.
“Tidak! Aku rasa kita butuh cara yang lebih ekstrim dan aku ingin kali ini engkau membantuku buat mengodanya”jawab Sabrina
“Bukannya sejak awal aku memang membantumu menyuting aksi kalian”
“Maksudku kali ini engkau menjadi juru kamera sekaligus pemeran wanitanya”
“Lho? Jadi aku jadi harus ikut seksi-seksi-an sepertimu?”
“Ya! Aku ingin meningkatkan godaan baginya sekaligus menguji teorimu”ujar Sabrina
“Teori apa?’
“Bukankah engkau kemarin pernah bilang jika anak itu lebih berselera kepada kakakmu ketimbang kepadaku?.”
“Iyaa, eng.. lantas apa hubungannya denganku?”
“Mungkin saja dia tak tertarik padaku. Siapa tahu dia justru berselera padamu karena engkau rada mirip dengan kakakmu itu”
“Maa..maksudmu kali ini aku yang menjadi objek utama pencabulannya?” tanya Lidya lagi.
“Iya. Tak hanya itu kita harus menciptakan situasi yang mirip dengan kejadian saat ia menggagahi kakakmu”jawab Sabrina
“Hiiiiiiiy! Amit-amittt. Tidak mau!” tubuh Lidya menggelinjang seakan ada serangga yang menjijikan yang tengah merayapi tubuhnya
“Itu sih terserah kamu, Lid, mau meneruskan permainan ini atau tidak. Aku sih cuma berniat membantu melampiaskan rasa tidak sukamu pada anak itu”
Lidya merenung sejenak.
“Okay! Tapi jangan minta aku buat merayunya. Aku tak mungkin bisa. Sebaiknya kamu saja yang melakukannya”
“Beress! Sekarang aku ingin merubah penampilan kita menjadi sedikit lebih ekstrim”
Sabrina berdiri di atas lututnya seraya memelorotkan hotpant-nya.
“Rin! Rin! Sebentar… Engkau tak bermaksud memintaku berpakaian sepertimu di depan anak itu, kan??”
“Lho siapa bilang? Kalau tidak begini bagaimana dia bisa terangsang? ”
“Aaaaaaa!!!Ngga mauuu! Masa hanya karena ingin dia terangsang lantas kita harus nyaris bugil seperti ini?!” protes Lidya lagi.
“Ngga bisa! Kita tadi sudah sepakat. Ayo buka hotpant-mu!”

Dengan berat hati Lidya menuruti permintaan sahabatnya itu. Tapi begitu hotpant-nya terlepas ia langsung membungkuk dan melipat kakinya. Kausnya ia tarik sehingga menutupi kakinya.
“Lho kok malah ditutup-tutupi sih, Lid?! Kalau begini percuma saja tadi aku minta engkau membuka hotpant-mu”
“Tapi Rinnn aku malu banget!”
“Ahhh! Anggap saja kita sedang di pantai. Bukaa!”
Lidya akhirnya membebaskan kakinya.
“Nah gitu, sekarang giliran bra-mu”ujar Sabrina.
“I.ituu juga dibukaa, Rin?!”
“Iya! Biar dia bisa melihat lebih jelas puting susu-mu dari balik tanktop-mu”
“Aarrgg! Ini benar-benar keterlaluan. Aku benar-benar semakin membenci dirinya!’
“Sudaaah!..Buka saja, jangan cerewet!”
Lidya melepas branya. Kini sesuai keinginan Sabrina, payudaranya yang bulat bagus dan puting susunya tercetak ketat di tang leading putihnya,
“Nahh begitu! Awalnya memang kikuk tapi lama-lama akan terbiasa”
“Sekarang apa?”tanya Lidya
“Kamu harus bertingkah agak seksi sedikit!”
“Seksi gimana? ..Begini?!”ujar Lidya sambil mencoba berpose.
“Parah!” ujar Sabrina sambil mengeleng-gelengkan kepala.
“Tirukan gerakanku!” Sabrina memang sempat menjadi product di beberapa majalah remaja saat kuliah dulu. Namun ia memutuskan untuk tak lagi menggeluti profesi itu gara-gara sang fotografer sempat ingin menggagahinya.
“Hi Hello hihi”Lidya tertawa geli melihat sahabatnya itu menggeliat-geliatkan tubuh bak ulat nangka.
“Sekarang giliranmu!”
“Begini?”tanya Lidya mencoba menirukan gerakan yang dicontohkan Sabrina tadi.
“Masih kurang warm! Coba lagi!”
Lidya kembali melenggak lenggok.
“Gimana?”
“Yaa begitu..Ternyata kamu juga punya bakat menjadi design foto sensual, Lid”
“Sialan!”ujar Lidya sambil melempar bantal ke arah Sabrina.

Lalu terdengar suara tawa berderai keduanya menggema memenuhi kamar. Mereka berdua menikmati sepanjang hari itu di rumah. Ternyata sore itu Alfi pulang dari sekolah bersama seorang gadis cantik.
“Ka, tunggu sebentar ya? Aku ambil laptopnya dulu sekalian buatin kamu minum” ujar Alfi kepada gadis itu.
“Ga usah repot-repot, Fi”
“Ga pa pa. Aku juga haus kok”
Alfi masuk ke dalam meninggalkan gadis itu duduk di ruang tamu.
“Siapa sih Fi?.Cantik banget… Pacar kamu ya?”tanya Sabrina seperti biasa langsung ngerocos.
“Ssstttttt! Aduuuhh kak, jangan ngomong seperti itu keras-keras!. Ga enak kalau sampai terdengar oleh dia . Dia itu Rika teman sekolah Alfi tapi beda kelas. Bukannya pacar Alfi. Huuh!”
“Hello hi Hello maaf Fi. Habisnya kamu bawa-bawa cewek segala kemari. Kirain tadi kamu mau ngenalin pacar kamu ke kakak”
“Eng kak. Apakah kakak tidak keberatan kalau Alfi pinjem laptopnya?”ujar Alfi.
“Duhh Fi! kamu ini ngomongnya seperti bawahan sama boss ajah!”
“Hello Hello hi biar dikasih ya harus sopan mintanya kan kak?”
“Hello hi hi Sudah pake ajah. Tuh kamu ambil sendiri di meja”
“Makasih banyak ya kak”
Tak lama kemudian Lidya keluar dari kamar.
“Siapa tuh, Rin?”tanya Lidya penasaran sambil berusaha mengintip ke arah ruang tamu..
“Tadi Alfi bilang temannya tapi mungkin juga pacarnya dia. Sepertinya mereka mau mengerjakan tugas dari sekolah”
“Pacar? Heh!” cibir Lidya.
“Iyalah. Wajar saja kan kalau anak seusia itu sudah pacaran”
“Dasar bego tu cewek!. Mau saja jadi pacarnya orang dekil dan kere seperti itu!”umpat Lidya.
“Sudah! Biarkan sajalah. Ngapain juga kita ngurusin hubungan dia dengan pacarnya”
“Benar juga katamu. Bisa-bisa kita malah dituduh jelous dan suka lagi sama dia. Hiiiiyy! Amit-amit! Jangan sampai deh aku menjadi seperti kak Lila”
Sabrina hanya diam mendengar umpatan-umpatan Lidya itu. Dalam hati ia tak suka Lidya selalu merendahkan seseorang hanya karena status sosial mereka. Padahal justru sebaliknya kebanyakan pemuda berstatus sosial tinggilah yang bertingkah laku menjijikan. Mau berbuat namun tak mau bertanggung jawab. Mengangggap semua persoalan bisa diselesaikan dengan uang. Pikiran Sabrina sontak melayang mundur ke masa lalu. Ke suatu masa di mana ia baru diterima bekerja di financial institution tempat ia bekerja sekarang

#############################
Di sebuah perkebunan karet ,
fifteen kilometer dari kota H

“Bajingan kamu, Har! Apakah masih belum cukup mahasiswi di kampus maupun lonte di kota ini buat engkau selingkuhi sehingga engkau harus meniduri pembantu?!” umpat Sabrina berang dari handphone.
Sumi nama gadis itu. Usianya baru lepas 15 tahun. Pak Kimun sendiri, ayah si Sumi juga bekerja di pada keluarga Hardy sebagai sopir semenjak Hardy belum lahir. Ibunya Sumi, istri pak Kimun sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Sumi ikut bekerja di keluarga Hardy baru satu tahun ini. Gadis itu memang tergolong manis meski berkulit gelap. Ia baru saja melewati masa pubernya. Dan Hardy langsung memetik kuncup bunga yang baru hendak mekar itu. Alhasil dua tiga kali di setubuhi Sumi-pun hamil. Permasalahannya muncul Pak Kimun menolak ganti rugi yang ditawarkan Hardy ataupun menggugurkan janin tersebut. Ia ingin Hardy bertanggung jawab penuh dengan menikahi secara syah putrinya atau ia akan membeberkan aib ini sehingga keluarga Hardy akan menerima dampaknya dari masyarakat luas. Tentu saja Hardy tak mau itu terjadi. Ayahnya adalah pengusaha sukses skala nasional. Sedangkan ibunya tak kalah populernya. Seorang tokoh wanita panutan masyarakat yang berkiprah di panggung politik. Tapi pemuda itu juga tak ingin memenuhi tuntutan sopirnya itu. Hari itu Pak Kimun sudah habis kesabaran menunggu jawaban dari Hardy.Ia menjemput Sabrina saat pulang dari tempat kerjanya. Sabrina yang tak tahu masalah tentu saja tidak menaruh curiga sama sekali. Ia baru merasakan kejanggalan ketika Pak kimun membawanya jauh ke luar kota. Di bawah ancaman sebilah pisau mau tidak mau Sabrina-pun menurut. Pak Kimun baru menghentikan kendaraan di sebuah pondok terpencil di tepi hutan lindung. Rencananya ia akan menggagahi Sabrina jika hari ini Hardy masih menghindar. Beruntung buat Sabrina semua itu urung terjadi karena pak Kimun merasa tak tega menjahati gadis yang selama ini selalu berlaku ramah dan baik kepadanya itu. Pada dasarnya pria itu memang bukanlah orang jahat. Ia melakukan itu semua karena terdorong oleh rasa amarah dan sakit hati atas perlakuan Hardy. Ia biarkan Sabrina berbicara kepada Hardy melalui handphone.
“Sorry, Rin. Aku khilap!.”jawab Hardy dari seberang telepon.
“Oya?!! Lalu bagaimana dengan perselingkuhanmu dengan banyak perempuan selama ini?! Apakah itu juga sebuah kehilapan?!!” Sabrina sengaja berbicara agak jauh dari Pak Kimun.
“Rin! Aku rasa kita tak harus membahas itu sekarang. Aku hanya ingin dia menerima penawaranku dan membawamu pulang!”
“Engkau tetap harus bertanggung jawab, Har!” ujar Sabrina. Meski ia hampir saja menjadi korban pelampiasan sakit hati pak Kimun namun Ia tetap ingin orang tua itu memperoleh keadilan.
“Gila! Mana mungkin aku menikahi seorang babu!. Dia pikir dia itu siapa!”
“Kamu pikir kamu bisa lolos dari jeratan hukum? Ingat Har! Gadis itu masih di bawah umur dan dengan test DNA dapat dibuktikan jika janin di dalam kandungannya adalah hasil perbuatanmu!”ujar Sabrina.

“Katakan padanya jangan terlalu menekanku!. Aku toh sudah berusaha menawarkan ganti rugi dalam jumlah yang besar. Lagian… Sumi dapat membesarkan anak itu tanpa harus menikah denganku. Itu bila ia tetap tak ingin menggugurkan janin itu!”
“Betapa tega dan tak berperasaannya engkau, Har. Bagaimanapun engkau adalah ayah dari calon bayi itu”ujar Sabrina
“Sudahlah! Aku tak ingin berpanjang-panjang. Terserah dia mau menerima tawaranku atau tidak. Jangan lupa aku pun bisa melaporkan dirinya telah melakukan pemerasan terhadapku”
“Engkau memang bajingan yang memuakkan, Har!”
“Lho engkau kok malah marah-marah padaku dan ngebela dia?! Seharusnya engkau salahkan saja anaknya itu! Kenapa juga membersihkan kamarku saat aku ada disana! Jadi wajar saja jika aku tergoda.”
Sabrina nyaris habis kesabaran mendengar pembelaan diri Hardy. Orang ini! Benar-benar egois! Jelas-jelas dia yang membuat kerusakan tapi terus saja melempar kesalahan kepada orang lain. Bahkan ia tak pernah memikirkan akibat ulahnya tersebut ia membuat orang lain ikut celaka. Seperti kejadian hari ini.
“Lantas apakah tak pernah terpikirkan olehmu bagaimana hubungan kita sebelum melakukan hal itu?”
“Bukankah sudah kukatakan padamu tadi jika aku khilap?” jawab Hardy enteng.
“Segampang itu engkau bicara Har?! Hhhhhhhh! Aku …aku..benar-benar tak tahu kemana arah hubungan ini dan bagaimana cara mempertahankannya, Har?”ujar Sabrina kelu.
“Hey! Apa maksudmu? Engkau tak sedang berpikir untuk putus kan?! Ha ha ha sebaiknya engkau pikir-pikir saja dulu sebelum terlanjur menyesal”
Sampai di situ Sabrina sudah tak mampu lagi menahan kegeramannya mendengar kepongahan Hardy tersebut.
“Dengar baik-baik, Har!. Aku memang sudah memikirkannya. Dan aku lebih menyesali perjumpaan kita ketimbang menyesali perpisahan kita. Jadi mulai saat ini engkau tak perlu mencariku atau menghubungiku lagi!” ujar Sabrina dengan suara meninggi.
“Lho Riin?!!…Rinn!! tungg..”

Sabrina langsung menutup pembicaraan sebelum Hardy menyelesaikan omongannya sekaligus mematikan hp-nya. Mungkin ini adalah saat yang tepat bagi ia mengakhiri hubungannya dengan pemuda anak orang kaya itu. Sungguh tak ada lagi kebaikan yang tersisa dari hubungan mereka ini. Suasana hening. Pak Kimun menunduk penuh penyesalan.
“Maafkan perbuatan saya karena tadi sudah membuat non Sabrina ketakutan. Juga tak sepantasnya bapak melibatkan diri non ke dalam masalah ini. Gara-gara saya non jadi ikut-ikutan susah dan hubungan non sama den Hardy menjadi rusak.” ujar pak Kimun lirih.
Ahh..Sabrina benar-benar terharu. Orang tua ini masih saja memikirkan kesusahan orang lain padahal dia sendiri dalam keadaan lebih susah.
“Sudahlah pak. Bapak tak perlu merasa bersalah. Pada dasarnya hubungan kami memang tengah berjalan menuju keperpecahan. Hanya tinggal menunggu waktu saja buat berakhir” jawab Sabrina.
“Apa yang akan bapak perbuat setelah ini?”tanya Sabrina kemudian.
“Saya akan terima tawaran den Hardy sebab saya tak mungkin menjahati tuan dan nyonya besar yang selama ini telah menolong saya. Tapi saya akan berhenti bekerja pada keluarga itu lalu mencari pekerjaan sekaligus tempat tinggal baru bersama Sumi agar terhindar dari celaan tetangga sekitar. Maklumlah non masyarakat di sekitar kami sekarang belum bisa menerima kenyataan ada seorang wanita yang melahirkan tanpa seorang suami” ujar orang tua malang itu.
Sabrina terenyuh mendengar ucapan orang tua ini. Pak Kimun masih memiliki hati nurani dan kesetiaan meski dirinya telah teraniaya.
“Lantas bagaimana dengan anak itu, Pak. Alangkah kasihannya bila ia hidup tanpa seorang bapak”
“Biarlah anak itu lahir tanpa ayah ketimbang Sumi harus bersuamikan bajingan seperti Hardy. Anak itu akan saya besarkan dan saya anggap anak sendiri. Dan dia tak perlu tahu siapa sebenarnya ayah kandungnya”
“Baiklah jika bapak sudah memutuskan demikian”
“Sebaiknya bapak antar non pulang sekarang”ujar pak Kimun.

##########################
Dua hari berselang
Sore itu di rumah kontrakan milik Sabrina.

Hardy benar-benar menepati janjinya. Uang senilai seratus juta ia kirimkan ke tabungan pak Kimun. Sesuai rencana pak Kimun-pun berhenti bekerja sebagai sopir keluarga Hardy. Dan ia telah mendapat pekerjaan baru sebagai sopir taksi kota. Sejak hari itu pula Sabrina merasa tak perlu lagi melanjutkan hubungannya dengan Hardy. Meskipun pemuda itu masih terus mencoba menghubunginya. Kabar baik buat Sumi dan Pak Kimun. Ada seorang pemuda teman Sumi di kampung dulu yang ingin melamar gadis itu. Pemuda itu mau menerima keadaan Sumi apa adanya.
“Masih ada lagi yang mau dimasukan, non?”tanya Pak Kimun memegang tutup sebuah kardus besar. Sore ini, selesai ‘narik’ sengaja ia sempatkan mampir ke kontrakannya Sabrina untuk membantu gadis itu membereskan barang buat kepindahannya ke kota S.
“Ga ada pak. Itu yang terakhir” jawab Sabrina. Keputusannya sudah bulat. Ia menerima kepindahan yang diajukan oleh kantornya ke kota besar itu sekaligus membuka lembaran kehidupan yang baru di sana.
“Yakin ga ada yang tertinggal lagi non?” tanya Pak Kimun
“Ga ada pak” jawab Sabrina.
“Kalau begitu langsung bapak selotif, ya non?”
“Iya pak”
Sembari menunggu pak Kimun selesai menutup kardus terakhir Sabrina pergi ke dapur. Ia kembali ke ruang depan sambil membawa secangkir kopi.
“Ngopi dulu, pak.”ujar Sabrina.
“Makasih, non. Nanti bapak minumnya sesudah bapak menyelesaikan ini”
“Kalau begitu Sabrina tinggal dulu ya pak. Sabrina mau ngebersiin badan dulu”
“Oyaa ndak apa-apa. Silakan non”
Lima belas menit kemudian Sabrina baru kembali lagi ke depan. Dilihatnya pak Kimun tengah duduk melepas penatnya sambil menyeruput kopi buatannya. Sepertinya ia sudah menyelesaikan pekerjaannya. Dua buah koper berukuran sedang serta beberapa kardus sudah terpacking rapi. Memang hanya itu barang yang ia miliki. Sedangkan perabotan seperti kursi, meja dan televisi adalah kepunyaan si pemilik rumah ini. Harum sabun mandi langsung terendus oleh hidung pak Kimun saat Sabrina duduk tak jauh darinya.
“Bapak dan Sumi bisa saja menempati rumah ini sampai kontrakannya habis sekitar enam bulan lagi”ujar Sabrina memandangi rumah yang ia tempati selama hampir tiga tahun belakangan ini. Ada rasa sedih. Karena ia merasa kerasan tinggal di situ.

Setelah menghabiskan sisa kopinya pak Kimun berdiri.
“Non, bapak pamit dulu. Besok pagi-pagi sekali bapak sudah menunggu di depan”ujarnya.
“Pak….jangan pulang dulu.” Ujar Sabrina lirih
“Eng.. Iya non?”
“Sabrina masih mau ngobrol-ngobrol sama bapak. Siapa tahu setelah besok kita lama bakal ketemu lagi”
“Baiklah non” jawab pak Kimun.
Ia kembali duduk di kursi. Mereka ngobrol dengan santai. Beberapa kali pak Kimun terpaksa meneguk air liurnya saat tanpa sengaja melihat ke arah dada Sabrina. Pak Kimun baru menyadari jika Sabrina tak memakai bra di balik baju tidurnya yang tipis itu. Alamak!…Puting susu gadis itu!… terbayang dengan jelas dari tempatnya duduk. Dirinya dibuat semakin gelisah di atas kursinya karena selain tipis baju tidur yang dikenakan Sabrina itu juga sangat pendek. Ia bertanya-tanya dalam hati mengapa gadis itu berpakaian seperti itu di hadapannya? Akhh! Sungguh indah kedua batang kaki yang panjang itu. Kulitnyapun begitu putih dan bersih. puji pak Kimun dalam hati. Gerak gerik tubuh Sabrina juga menjadi sebuah godaan besar baginya membuat hayalannya semakin jauh berkelana dan mulai tak terkontrol. Hatinyapun mulai bertanya-tanya apakah Sabrina juga sedang tak memakai celana dalam saat ini? Lalu terbayang keindahan tempik gadis indo itu. Dan alangkah nikmatnya seandainya penisnya diselipkan ke liang itu. Terus berhayal jorok membuat batang kejantanan pak Kimun perlahan menegang.
… AAARKKHH!! Tiba-tiba ia tersadar jika ia telah memikirkan sesuatu yang tak pantas terhadap Sabrina. “Betapa buruk apa yang aku pikirkan barusan!” Umpatnya dalam hati. Walau bagaimanapun gadis itu telah begitu baik kepadanya selama ini. Bahkan gadis itu ikut-ikutan menderita gara-gara membela kepentingannya. Lagian mana mungkin pula gadis terpelajar seperti Sabrina berniat menggodanya. Berpakaian seperti itu pasti memang merupakan kebiasaan Sabrina saat menjelang tidur. Pikir pak Kimun positif. Cepat-cepat ia membuang pandangannya ke tempat lain sebelum gadis itu menyadari ulah tak pantasnya itu. Waktu menunjukukan pukul sembilan belas lewat tiga puluh. Tak terasa sudah tiga puluh menit mereka ngobrol.

“Pak…Ada yang ingin Sabrina tanyakan pada bapak”ujar Sabrina.
“Iya non silakan”ujar pak Kimun.
“Benarkah waktu itu….. pak Kimun hendak memperkosa Sabrina?”
Pak Kimun terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia menghela napas sebelum menjawab.
“Haihhh….bapak akui…. memang iya, non. Sejak dari rumah niat sudah bulat begitu. Tapi semua itu terdorong oleh rasa sakit hati dan marah kepada den Hardy. Untunglah semua itu tak sampai terjadi. Sekali lagi maafin bapak ya, non”
“Nga pa pa kok pak. Sebenarnya kalaupun pak Kimun melakukannya pada saat itu Sabrina juga… rela dan menerima kok. ”
“Hah!! N.Nooon!?”
Pak Kimun lagi-lagi terkejut mendengar pengakuan gadis itu. Bahkan kali ini ia seakan tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar itu. Saat ia masih terbengong tiba-tiba Sabrina bangkit dari kursinya dan maju melangkah ke arahnya dengan sorot mata memancarkan hasrat membara.
“Sekarangpun Sabrina mau bapak jika melakukan hal itu“ lanjut Gadis itu
Belum lagi pak Kimun sempat berkata seketika itu pakaian tidur Sabrina telah jatuh ke lantai. Dan benar apa yang ia duga sebelumnya jika di balik gaun tidur itu ternyata Sabrina sudah tak memakai apa-apa lagi alias polos. Sabrina memang sedang frustasi secara seksual akibat ketidakmampuan Hardy memuaskan hasratnya di tempat tidur selama ini. Dan saat ini ia sangat berharap jika sosok lelaki dihadapannya mampu berlaku jantan dan mampu melepas rasa dahaganya
“Aduhh non..eling non!” jerit Pak Kimun semakin kaget dan gugup menyaksikan kegilaan yang dilakukan oleh gadis itu.
Memang ia tadi sempat menghayalkan hal jorok pada gadis itu. Namun Ia benar-benar tak menduga jika Sabrina akan bertindak seberani itu.
“Bapak jangan kuatir. Sebenarnya sudah lama Sabrina kepingin bapak memesrahi. Saya… butuh kehangatan dari pria sejantan bapak. Dan saya harap bapak mau menolong saya hanya untuk kali ini saja.” ujar Sabrina dengan tatapan semakin membara sementara pak Kimun hanya bisa bengong di atas kursinya.

Glek! Lelaki tua itu meneguk liurnya. Benarkah pengakuan Sabrina itu?!….Sungguh tak bisa diterima oleh akal sehatnya! Tapi gadis itu terus melangkah semakin mendekat ke arahnya. Mau tak mau semua keindahan yang ada pada raga Sabrina yang terpampang jelas di depan matanya mengusik gairah kejantanannya. Tanpa dapat dicegah alat vitalnya langsung mengeras bak baja. Kini pak Kimun baru yakin jika Sabrina benar-benar adalah sosok seorang wanita bule. Tubuh gadis itu tinggi semampai ditopang oleh lekuk tubuh berlekuk bagai sebuah jam pasir besar. Dadanya itu …. ya tuhan…. pak Kimun nyaris tak bernapas menatap benda yang menggantung indah laksana dua butir pepaya Calipornia. Sementara kaki-kaki panjangnya begitu mulus terapit sebuah sebuah surga bagi kaum lelaki yang tertutup oleh rimbun hutan berwarna keemasan.
“N.noooN..” hanya itu yang bisa terucap dari mulut Pak Kimun.
Belum lagi ia sadar betul dengan apa yang terjadi, tahu-tahu Sabrina sudah duduk di atas pangkuannya dan langsung menyergap bibirnya dengan ciuman membara.
“Mmmmm!!” Pak Kimun merintih saat lidah gadis itu berputar menyapu rongga mulutnya.
Darahnya mendesir saat kulitnya bersentuhan dengan kelembutan kulit gadis itu. Sekuat-kuatnya iman lelaki pasti bakal runtuh juga bila dihadapkan dalam situasi seperti saat itu. Apalagi buat seorang Pak Kimun. Meski berusia agak lanjut, ia adalah pria ordinary yang masih menyimpan hasrat seksual terhadap lawan jenisnya. Apalagi yang ia ada di hadapannya saat itu adalah gadis indo muda yang sangat cantik yang diam-diam selama ini ia sukai. Pada titik ini pak Kimun benar-benar sudah kehilangan kendali. Keimanan dan akal sehatnya runtuh oleh kemolekan gadis indo di hadapannya itu. Belakang kepala Sabrina diraihnya. Lalu ia balas setiap hisapan Sabrina dengan buas pula. Tak hanya bibir Sabrina yang ia gasak, dagu, telinga hingga leher jenjang Sabrina-pun ia kecupi…ia hisapi dan jilati…tak ada yang terlewat…. Sreelpp….Slic..Slik suara decak-decak muncul dari kecupan yang bertubi-tubi dan serampangan itu. Sabrina sungguh senang. Tadinya ia sempat kuatir jika pria itu akan menolaknya. Satu menit berlalu. Pak Kimun baru berhenti tapi wajah dan leher Sabrina belepotan air liurnya. Napas tuanya terengah-engah terbakar hawa nafsu yang hendak meledakan dadanya.

“N..midday Sabrina…nonn Sabrinaa..” ucap lelaki tua itu parau secara berulang-ulang. Sementara matanya menanap nanar tak berkedip ke arah dua bukit putih kembar yang menggantung indah pada dada Sabrina.
“Silakan Pak … malam ini Sabrina sepenuhnya milik bapak..”bisik Sabrina memberi ijin.
Ia tahu betul apa yang tengah berkecamuk di benak lelaki tua itu. Dan ia jelas tak ingin lelaki tua itu ragu dan berhenti di situ saja. Seraya berkata Sabrina meraih kedua tangan Pak Kimun dan meletakannya di dadanya yang membusung. Kesepuluh jemari pak Kimun dengan agak gemetaran meremas bukit kembar dalam pegangannya itu. Terasa begitu empuk dan lembut.
“Ugghhh…Bapak sukaa?”Sabrina meleguh.
“N..nnoon..” lagi-lagi hanya itu yang dapat keluar dari bibir pak Kimun.
Air liurnya nyaris menetes. Bukan karena tak terteguk lagi namun karena mulut si pemiliknya tengah menganga terkesima. Sabrina kembali meleguh saat pak Kimun membenamkan kepalanya ke antara payudaranya. Sesaat terlihat pak Kimun agak bingung harus memilih yang kiri atau yang kanan. Namun sedetik kemudian ia sudah menentukan pilihan. Faucet!
“Ouhhhhh…pakkk!!…”Sabrina langsung merintih lirih ketika puting kirinya dicaplok oleh mulut pak Kimun.
Pria tua itu …langsung menyusu dengan rakus laksana seorang bayi kehausan… mengisapi puting susu berwarna merah muda itu kuat-kuat hingga kedua pipi tuanya terkempot-kempot. Sementara tangannya meremas-remas payudara Sabrina yang satunya lagi. Bilamana ia telah puas menghisap yang kiri, lalu ia pindah ke puting susu yang sebelah kanan. Begitu ia lakukan berulang kali. Nyaris dua menit berlalu. Ditengah-tengah asyik menyusu di dua butir payudara indah itu, tiba-tiba Sabrina mendorong wajah pria tua itu menjauh dari dadanya. Plok! Puting susu Sabrina sempat tertarik menjauh hingga di batas kekeyalannya sebelum akhirnya terlepas dari pagutan bibir tebal pak Kimun. Meninggalkan dua puting yang benar-benar telah berdiri tegak dan berlumuran air liur.
“N..noon? mau a..paa?”Pak Kimun binggung ketika tiba-tiba gadis itu turun dari pangkuannya lalu berlutut di antara kedua kakinya.
“Sabrina ingin lihat kontol-nya bapak…”ujar Sabrina dengan tergesa-gesa membuka retsluting celana panjang Pak Kimun. Meski agak jengah namun pak Kimun tak kuasa mencegah perbuatan gadis itu. Ia malah mengangkat sedikit pinggulnya agar Sabrina dengan leluasa bisa memelorotkan celananya panjang sekaligus celana dalamnya.

“AAAaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!” pekik Sabrina kaget saat kemaluan pria tua itu berhasil ia bebaskan dari sarangnya.
Betapa tidak….. di hadapannya saat itu telah berdiri tegak sesosok kemaluan pria yang memiliki ukuran yang sangat tak biasa…. panjangnya satu jengkal! Dan tak hanya panjangnya yang istimewa tapi diameternya juga nyaris menyamai pergelangan lengannya!. Sabrina sampai berkali-kali meneguk liurnya………. Daging tak bersunat itu terlihat begitu luar biasa! Kulit keriput dan kasar berwarna hitam pekat membungkus seluruh permukaannya semakin menambah kegarangannya…… sementara urat-urat sebesar cacing besar bertonjolan membeliti sekujur batangnya hingga ke bagian pangkalnya yang dikelilingi oleh gerombolan bulu-bulu jembut yang kusut dan telah memutih….Hati Sabrina bergetar hebat….seketika hasratnya membuncah merasuki sekujur tubuhnya… Baru kali ini ia bertemu lagi dengan penis hebat semacam ini. Bahkan penampilan fisik penis pak Kimun ini jauh lebih dasyat ketimbang penis mang Gimin. Saking besar dan panjangnya benda itu terlihat seperti sebuah pentungan satpam.
“Jelek ya non..namanya juga punyanya orang kampung” ujar pak Kimun dengan perasaan minder.
Ia mengira Sabrina pasti sedang membanding-bandingkan miliknya itu dengan milik si mantan pacarnya yang merupakan anak orang kaya itu.
“Hi Hello hi bapak salah! Sabrina justru sukanya sama titit gagah seperti punya bapak ini. Yang Product…yang ga sunat….”puji Sabrina tergagap. Matanya berbinar-binar penuh gairah menatap tak lepas lagi dari benda di selangkangan pak Kimun.
“B..bener nih non? Masa iya lebih b..baguss?” tanya Pak Kimun sok berusaha santai dalam situasi itu.
“Bener kok pak! Udah begitu ukurannya ini….Aduhh!..Sabrina bener-bener ga nyangka kalau punyanya bapak segede dan sepanjang ini!…… ini…inii.. aduhhh…Kokk bisaaa gede beginii? .Arghhh….Seharusnya bapak perkosa saja Sabrina siang itu!” ujar Sabrina semakin tak dapat mengontrol ucapannya. Hasrat birahinya meletup-letup nyaris tak tertahankan. Baginya kondisi kemaluan kampung seperti ini jauh lebih mengairahkan ketimbang penis terawat milik pemuda seperti Hardy.
“Uh Glek! Nonn…” Pak Kimun benar-benar kehabisan kata-kata. Gadis ini..tak hanya tubuhnya yang menggairahkan…. setiap ucapannya bahkan merupakan rangsangan yang kuat bagi lelaki yang mendengarnya.
“Eng boleh Sabrina pegang pak?”
“Ee..I..yaa..”jawab pak Kimun tergagap lagi.

Sabrina tersenyum. Ia tahu pak Kimun masih grogi terhadapnya. Untuk itu ia ingin membangkitkan hasrat pria tua itu secara perlahan agar pak Kimun benar-benar siap buat bercinta dengannya. Di sentuhnya benda yang sudah mengacung penuh itu dengan ujung telunjuknya.
“AAARKK!” pak Kimun tersentak. Penisnya langsung berkejat hebat. Sentuhan ujung telunjuk Sabrina ternyata mengenai glans penisnya yang mengintip sedikit dari balik kulit kulupnya.
“Hello hi Hello …geli ya pak?” tanya Sabrina sambil tersenyum geli. Tentu saja ia tahu bagian tu memang sangat sensitif.
“I..yaa..non..Aaaaaaaaark!!”
Lagi-lagi Pak Kimun berkelonjotan. Kali ini ia merasakan jemari nan lembut gadis itu melingkar pada penisnya.
“Uuuhh..memang g-gemuk sekali!” desis Sabrina sambil kembali meneguk air liurnya tanpa perduli keadaan pak Kimun saat itu.
Ia tak habis pikir bagaimana seorang pria pribumi bisa memiliki kejantanan sebesar itu. Apakah pak Kimun memiliki darah bangsa India. Karena perawakannya yang hitam kelewat-lewat. Tapi bermata besar dan berhidung mancung. Sabrina tak tahu pasti namun Ia yakin benda ini bakal memberinya kenikmatan luar biasa nantinya. Membuat dirinya semakin tak sabar lagi untuk segera merasakannya. Dieratkannya genggamnya benda tersebut…. diremas-remasnya dengan gemas. Tubuh pak Kimun terus berkelonjotan. Kontolnya berdenyut keras dan semakin menegang dalam remasan jemari Sabrina. Dari ujung lubang pipisnya langsung mengalir keluar cairan precumnya. Tapi Sabrina belum selesai sampai di situ. Gengamannya ia geser ke arah pangkal batang membuat kulit kulup penis pak Kimun tertarik hingga ke leher sekaligus membuat glans penis pak Kimun nongol keluar. Seketika bau apek bercampur sedikit pesing langsung merebak dan terendus oleh hidungnya.
“Non …mau diapainn?…” jantung Pak Kimun berdetak semakin cepat saat melihat Sabrina mendekatkan wajah ke arah penisnya. Ia pernah iseng-iseng nonton film BF.
Tapi ia tak yakin Sabrina benar-benar akan melakukannya terhadap penisnya yang kotor dan bau itu. Namun Belum lagi pertanyaannya terjawab, tahu-tahu penis tuanya sudah di bekapan oleh mulut Sabrina.

“AAARRRGGGHHHH!! Nnooooon!!” pak Kimun mengerang nikmat.
Kedua dengkulnya bergetar hebat. Kepalanya terlempar ke sandaran kursi sementara kesepuluh jemarinya mencengkram erat rambut Sabrina. Ia benar-benar tak menyangka jika Sabrina mau melakukan hal itu terhadapnya.
“NONNNN! Ituuu jorookkkk!! ARGGHHHHHHHHHH!!” terdengar suara pak Kimun memperingatkan di sela rintihannya.
Tapi Sabrina tak menghiraukan ucapannya itu. Ia terus sibuk dengan pekerjaannya tanpa rasa jijik. Kondisi penis pak Kimun yang berbau dan berasa orisinil justru membuat dirinya semakin bergairah. Sambil menghisap rakus, sesekali mata Sabrina melirik mengamati ekspresi wajah mantan sopir kekasihnya itu. Mata pak Kimun nampak terpejam rapat menandakan ia tengah dilanda oleh kenikmatan. Secara bertahab cairan precum terus memancar dari ujung lubang pipis pak Kimun bagaikan lumuran saus lezat yang membuat Sabrina semakin lahap mengisap. Begitu herannya Pak Kimun dengan prilaku para remaja jaman sekarang. Betapa tidak..apa kurangnya Sabrina sehingga si Hardy mengincar gadis desa seperti Sumi yang product yang kecantikannya sungguh tidak ada apa-apanya jika dibandingkan kekasihnya yang cantik ini. Dan kini ia kembali dibuat mengeleng-gelengkan kepalanya ternyata Sabrina-pun memendam hasrat terhadap dirinya yang jelek, tua dan miskin. Edan! Bener-benar eudan! Gumamnya. Tidak yang lelaki tidak juga yang perempuan ternyata semuanya pada doyan barang kampung. Malam semakin merambat naik begitupun kegairahan dua insan berlainan jenis di dalam kamar kontrakan Sabrina. Sabrina melepas kulumannya. Lalu bangkit tanpa melepas cekalannya pada batang kejantanan pria tua itu. Mau tak mau membuat pak Kimun tertarik dari kursi dan mengiring Sabrina yang melangkah menuju ke kamar bak kerbau dicocok kontolnya meski berjalan terseok-seok karena celana panjang masih terperangkap di kedua kakinya. Sabrina tak ingin berlama-lama. Kedua puting susunya sudah lama tegak meruncing sementara vaginanya terus berkedut-kedut hebat dan basah oleh lava cintanya menandakan dirinya siap buat sebuah penuntasan. Ia naik ke atas kasur dan berbaring terlentang dengan kedua paha terpentang lebar. Diberinya pak Kimun akses cepat dan langsung ke liang surga miliknya. Sementara itu pak Kimun dengan tergesa-gesa menelanjangi dirinya sendiri. Begitu ia terbebas dari semua pakaiannya iapun langsung melompat naik ke kasur. Ia posisikan dirinya berlutut di antara kangkangan paha-paha indah Sabrina. Batang kemaluannya ia genggam erat sementara ujungnya ia arahkan lurus ke vagina Sabrina.
“Pakk…masukinnn”pinta Sabrina tak sabaran ketika Pak Kimun belum juga menjejalkan penisnya.

Nampaknya pak Kimun masih terkesima saat memandang keindahan surga di hadapannya itu. Bagian itu…laksana sebuah serabi import yang terbelah dan membasah oleh lelehan saus cinta. Demikian cantiknya…. rimbunan rambut berwarna keemasan menghiasi permukaan bukit kecil itu. Bukan satu dua kali ia menghayalkan dapat melihat tubuh bugil gadis itu….terutama keindahan bagian paling pribadi miliknya. …….dan kini ia mendapati kenyataan yang jauh lebih indah dari yang pernah ia hayalkan! ARGH! Mimpi apa dirinya semalam sehingga bisa mendapat rejeki nomplok seperti ini?! Ia masih seakan tak percaya jika Ia bakal menyetubuhi Sabrina!…melesakan penis kampungnya ke dalam vagina gadis itu sebentar lagi…..merasakan lumatan demi lumatan liang indo tersebut pada setiap milimeter penis kampungnya……
“Pakkk…ayoo..”kembali terdengar Sabrina memanggilnya.
“Eh.i..iyaaa non.”
Pak Kimun seakan baru tersadar. Kini yang tengah ia berhadapan dengan kenyataan. Yang menuntutnya mampu melakukan tugasnya bukan lagi kali ini sebagai sopir melainkan sebagai seorang kekasih…sebagai seorang lelaki jantan bagi gadis muda yang tengah terlentang pasrah di hadapannya saat itu. Pak Kimun memantapkan hatinya. Kini ia benar-benar telah siap untuk pertempuran ini Sorot matanya buas. Napasnya terus mendengus. Ia memenggeser dirinya semakin mepet ke selangkangan Sabrina. Lalu direndahkannya pinggulnya keukuran yang ia inginkan hingga ujung kontolnya bersentuhan dengan permukaan vagina Sabrina. Lalu…perlahan Ia gosok-gosokan ke atas…. ke bawah…ke atas..ke bawah..terus berulang-ulang. Cresss…cairan bening kembali memancar dari dalam semakin membasahi belahan indah itu.
“Ayoooo dong pakk! Argggggggg!!”rintih Sabrina semakin tak sabar.
“Sabar ya non..biar punyanya bapak dan punyanya si non saling kenal dulu.. ntar bapak kasih kontolnya ke non.”ujar pak Kimun.
Ada-ada saja! Pikir Sabrina. Ia nyaris tertawa mendengar celotehan pak Kimun itu. Akhirnya pinggul Pak Kimun pun menghentak… kepala kontolnya yang sebesar tomat itu membelah bibir vagina Sabrina…dan jlep! Dalam sekejab benda itu melesak hingga sebatas leher ke dalam vagina Sabrina.
“AAAARRRGHH!” Sabrina langsung terpekik lirih. Tusukan Itu! Sakiiit sekali! Ternyata kemaluan lelaki tua itu mampu menyakitinya. Benda meraksasa itu merentangkan vaginanya jauh lebih lebar dari yang pernah penis lelaki manapun lakukan seakan hendak merobek kewanitaannya. Tapi ini adalah rasa sakit yang begitu ia rindukan…..yang datang bersama kenikmatan seperti yang pernah ia peroleh dari batang kemaluan mang Gimin dulu.

“Sakiit..non?” Tanya Pak Kimun sambil menahan laju kemaluannya.
Dilihatnya Sabrina menggigit bibirnya sendiri. Ia tahu saat ini Sabrina pasti tengah kesakitan.. Sebagaimana ibunya Sumi dan para wanita yang pernah ia tiduri dulupun mengalami hal yang serupa. Penisnya ia biarkan terpacak diam menyumbat pangkal liang senggama Sabrina.
“Engg..i..yaa.Pakk. Punya ba..paak b..esaarr..sekalii Uhhhh..” rintih Sabrina.
Setelah sepuluh detik berlalu rasa sakit dan ngilu yang ia rasakan mulai berkurang
“Oughhhhh…paaakkk…”
“Iyaa…noonn?”
“M-masuuk..in..lagiih…”desah Sabrina.
Pak Kimun-pun mulai menekan…. kontolnya melesak masuk sedikit lebih dalam ..semakin jauh menyelusuri .lorong lembab itu. Pada kedalaman tertentu ia berhenti melaju….Kemudian perlahan batang kejantanannya ia tarik ke arah luar namun tanpa membuatnya tercabut lepas. Sedetik kemudian ia mendorong lagi ..membuat dirinya memasuki tubuh Sabrina namun sedikit lebih dalam dari semula. Crrrrttttt! Cairan cinta Sabrina kembali memancar seiring gerakan penis Pak Kimun yang mulai lancar keluar masuk di dalam vaginanya. Begitu seterusnya pak Kimun berusaha terus memasukan sisa kontolnya dengan cara mencicil-cicil semata-mata agar Sabrina tak kesakitan. Hingga ketika nyaris setengah dari kontolnya yang berhasil ia benamkan ke liang senggama Sabrina….ia kembali berhenti.
“U.ugggghhh!” pak Kimun meleguh sambil menggigit bibirnya sendiri.
Semakin dalam vagina Sabrina terasa semakin menyempit dan menghimpit. Seolah tengah mengulum-ngulum kontolnya…..nikmatnya yang ia rasakan sungguh tak terkatakan! Nyaris belasan tahun tak pernah merasakan persetubuhan lagi… tahu-tahu ia kini melakukannya dengan seorang gadis indo yang teramat menggiurkan…semua ini…sungguh terlalu luar biasa… sehingga mendorongnya buat berejakulasi secara dini. Plok! Tiba-tiba saja pak Kimun mencabut lepas kontolnya. Tentu saja perbuatan pak Kimun itu mendatangkan protes Sabrina.
“AAAAAA..Pakkkk!…kok malah di cabutt.!!”
“Ma..af non. Ndak sengaja terlepas …. tadi bapak terlalu jauh nariknya …”kilah pak Kimun. UuuH! Nyaris saja! Gerutunya. Bila saja tak ia tak cepat-cepat mencabutnya tadi pasti air maninya langsung bermuncratan. Kenapa juga ia segampang itu kedodoran. Mubazir saja ada gadis indo secantik ini yang minta dientot tapi dirinya justru

Report this page